BUOL– Festival Pesona Buol IX dan Pameran Pembangunan tahun 2022 baru saja usai. Penutupan kegiatan yang dibarengi dengan berakhirnya masa jabatan Bupati Buol dua periode, Dr. dr. Aminudin Rauf , Sp.Og., M.Si. dilaksanakan di Eks Arena STQ Kabupaten Buol, Selasa (11/10).
Dokter Rudi, begitu sapaan akrabnya, memberikan sambutan di acara penutupan itu. Menurutnya, apa yang sudah dijalaninya selama sepuluh tahun memimpin Buol, akan dicatat oleh sejarah, apakah baik atau buruk. Ia juga menuturkan bahwa sebagian besar hidupnya diabdikan untuk Buol.
Kecintaan dan kepeduliannya terhadap Buol terinspirasi dari Ir. Abdul Karim Mbouw. Dokter Rudi masih ingat betul pesan yang pernah disampaikan oleh Bupati Buol pertama itu, yang ia sebut sebagai Om Karim Mbouw. “Teruskan cita-cita kita untuk membangkitkan negeri ini agar menjadi negeri yang dihargai orang. Apabila kita sungguh-sungguh membangun negeri ini, suatu saat orang akan melihat kita, mungkin bukan langsung sekarang. Jaga martabat negeri ini” tutur dr Rudi mengenang pesan Karim Mbouw.
Melanjutkan sambutannya Beliau menyampaikan permintaan maaf apabila selama kepemimpinannya masih banyak harapan masyarakat yang belum bisa diwujudkan. juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantunya dalam memimpin Buol selama dua periode. “Sy mencintai negeri ini. Semangat saya bersama mereka-mereka yang terus memperjuangkan Buol ke arah yang lebih baik. Besok (12/10) saya mohon pamit kepada seluruh masyarakat Buol. Saya akan pergi dari Buol” ucapnya diiringi dengan isak tangis sebagian masyarakat yang turut hadir dalam acara itu.
Masih dalam sambutannya, beliau menuturkan bahwa orang bisa saja menganggap dirinya kampungan atau kolot, karena menjadi satu-satunya Bupati yang keluar dari pemikiran mainstream Kepala Daerah anti investasi perkebunan atau pertambangan. “Karena tanah ini adalah harga diri kita, harga diri masyarakat Buol. Setiap jengkal tanah ini adalah milik masyarakat Buol. Biarlah kita tertatih-tatih tapi kita mandiri di negeri sendiri daripada kita melaju jauh tapi hanya menjadi penonton ataupun buruh di negeri sendiri” pungkasnya.
Sebagai pesan terakhir dalam masa kepemimpinannya ia mengutip kata-kata para leluhur, para pendahulu. “Kalau ingin Buol maju, pegang kata-kata leluhur. Saling bergandengan, berhadapan serta saling memahami. Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul” begitu pesannya. Beliau menutupnya dengan menyanyikan lagu daerah Buol, Morindo, yang dalam liriknya bermakna ungkapan kecintaan dan kerinduan pada tanah Buol. Lagu ini sukses memantik isak tangis para hadirin di acara tersebut yang juga malam Hutda Kabupaten Buol ke-23.
(Samsul/Biro Buol)