Canberra, MM | Universitas Negeri Jakarta dan University of Canberra, melakukan diskusi rencana kerja sama program double degree magister pendidikan bahasa. Hal tersebut terungkap saat Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta (FBS-UNJ) melakukan kunjungan kerja internasional ke Fakultas Pendidikan University of Canberra (FP-UC), pada Senin (19/2).
Atdikbud KBRI Canberra, Mukhamad Najib, menyebut pertemuan ini sebagai inisiasi awal di mana kedua fakultas dapat saling mengenal dan mengelaborasi profil masing-masing. Meski begitu, fokus pembicaraan adalah pada peluang pendirian program magister bersama antara UNJ dan UC, khususnya untuk Magister Pendidikan Bahasa.
Dalam pertemuan tersebut, Najib menyampaikan jika pemerintah Indonesia sangat mendorong universitas memiliki program double degree atau joint degree dengan universitas di luar negeri, termasuk Australia.
“Saat ini ada pembiayaan dari LPDP untuk program double degree antara universitas di Indonesia dan universitas di luar negeri yang memiliki reputasi internasional, hal ini merupakan peluang yang bagus untuk dimanfaatkan oleh UNJ dan UC,” ungkap Najib.
“Selain itu, pemerintah Australia melalui Australia Awards Indonesia juga memiliki program serupa yang disebut Split-Site Master’s Program, di mana dalam program ini mahasiswa akan belajar selama satu tahun di Indonesia dan satu tahun di Australia,” sambung Najib.
Najib menambahkan bahwa ada dua hal yang seringkali menjadi penghambat mahasiswa untuk kuliah di negara seperti Australia. Pertama adalah kendala bahasa, karena umumnya universitas di Australia mensyaratkan kemampuan bahasa Inggris yang cukup tinggi, terlebih untuk program pendidikan. Kendala kedua adalah masalah biaya, karena uang kuliah di Australia relatif mahal.
“Oleh karena itu, peluang pembiayaan LPDP untuk program split-site master dapat menyelesaikan masalah yang ke dua,” imbuh Najb seraya berharap masalah pertama dapat diselesaikan UNJ dengan menyiapkan pembekalan khusus dalam hal bahasa Inggris kepada para mahasiswa.
Dalam kesempatan tersebut, Barney menjelaskan bahwa UC merupakan salah satu universitas terbaik dunia meski usianya relatif masih muda. UC memiliki sejarah yang sama dengan UNJ, di mana dahulunya merupakan lembaga pendidikan tinggi yang berfokus mendidik calon guru. Namun saat ini UC telah menjadi universitas yang komprehensif, memiliki banyak program studi di luar pendidikan. Barney juga mengaku pernah berkunjung ke UNJ pada tahun 2023, sehingga pertemuan ini, menurut Barney bisa dianggap sebagai pertemuan lanjutan.
Barney melihat peluang kerja sama UC dan UNJ sangat terbuka baik dalam bentuk split-site master maupun program-program singkat untuk penguatan kompetensi guru. UC juga memiliki program Master of Teaching English to Speakers of Other Languages (TESOL) & Foreign Language Teaching (FLT) yang banyak diminati oleh mahasiswa asing, termasuk dari Indonesia. Program ini dapat menjadi salah satu alternatif yang bisa dikembangkan dalam bentuk split-site master dengan UNJ.
Dekan FBS UNJ, Liliana mengungkapkan keseriusannya dalam membawa FBS UNJ menjadi fakultas yang memiliki reputasi internasional. Menurut Liliana, saat ini FBS UNJ memiliki tiga program studi magister, salah satunya magister pendidikan bahasa Inggris. Keberadaan program bersama untuk magister pendidikan antara UNJ dan UC, tambah Liliana, nantinya dapat menjadi jembatan untuk mengembangkan kerja sama dalam bidang lainnya seperti penelitian bersama antara dosen UNJ dan UC.
Sebagai langkah konkret, selanjutnya UNJ akan mengirimkan rancangan kurikulum yang dapat menjadi bahan diskusi pendirian split-site master atau double degree.
“Penyelarasan kurikulum tentunya membutuhkan waktu, namun begitu hal tersebut harus bisa dimulai sesegera mungkin. Sambil mendiskusikan kurikulum, FBS UNJ juga mengundang dosen-dosen UC untuk menjadi dosen tamu secara daring maupun luring, menjadi pembicara seminar yang diselenggarakan oleh UNJ, atau melakukan penelitian dan publikasi bersama,” pungkas Liliana.
(Atdikbud KBRI Canberra).