Menu

Mode Gelap
Cek Kesiapan Pilkada Serentak, Prof Zudan PJ Gub Dan Kapolda Sulsel Tinjau 5 Kab Kota Kapolri Tegaskan Kesiapan Jelang Pilkada Serentak 2024 Polri: Pendaftar Rekrutmen Bakomsus Pangan Hingga Hari Kedua 2.953 Orang Ada Apa? Maskapai Dunia Tiba-Tiba Tutup Penerbangan ke China Presiden Jokowi Hadiri Apel Kesiapan Pengamanan Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden 2024

News · 19 Mar 2024 11:50 WITA

OPINI : Bersatu Kita Teguh (4)


 OPINI : Bersatu Kita Teguh (4) Perbesar

METROMILENIAL | Kali ini tentang jatuh dengan cara buah kelapa. Tapi sebelumnya perlu membedakan buah kelapa dan jatuhnya buah kelapa. Yang saya bahas adalah cara jatuhnya, bukan buah kelapanya. Saya perlu perjelas karena takutnya ada yang ngiler dengan air kelapa muda dicampur sirup, padahal masih jauh dari waktu buka puasa.

Cara jatuh buah kelapa adalah jatuh dengan cara polos atau jatuh begitu saja, atau jatuh tanpa embel-embel. Saya tidak tahu Bahasa Indonesianya, tapi dalam bahasa lokal saya, ada istilahnya untuk menggambarkan cara jatuh seperti buah kelapa.

Cara jatuh buah kelapa adalah jatuh dalam kesendirian. Dalam hidup ini, ada banyak yang mengalami kejatuhan pada situasi yang berada di titik terbawah. Ada orang yang jatuh tanpa adanya respons di sekitarnya yang bisa meringankan efek kejatuhannya.

Orang yang jatuh seperti buah kelapa biasanya dimulai dari cara meniti hidupnya, tinggi menjulang dan abai pada kehidupan yang mengelilinya. Saat dia jatuh, orang-orang di sekitarnya-pun hanya melihat-lihat kejatuhannya tanpa memberikan bantuan sedikit-pun.

Orang yang jatuh seperti buah kelapa, adalah orang yang bisa saja kaya secara materi tapi miskin jaringan. Saat kekayaan materinya tergerus, kemiskinan jaringannya yang terasa. Kekayaan materinya tidak dimanfaatkan untuk memperkuat jaringannya, sehingga orang lain tidak akan menjadi penopang yang bisa membantunya saat dia oleng atau sampai terjatuh.

Orang yang jatuh dengan cara buah kelapa biasanya yang gagal memaknai sistim kekerabatan terbaik yang dimiliki oleh masyarakat Muslim, silaturrahim. Orang yang jatuh secara pohon kelapa, gagal paham tentang makna kearifan lokal, misalnya: malilu sipakainge’, malii siparappe’, rebba sipatokkong (lupa saling mengingatkan, jatuh saling membangunkan, hanyut saling mendamparkan).

Saya mengakhiri, modal terpenting tidak membuat diri jatuh seperti buah kelapa adalah dengan menjadi makhluk yang “sosialita,” minimal seperti ibu-ibu sosialita. Kita kuatkan peran sosial yang memperkuat jejaring sosial. Saat menghadapi kesulitan, kita tidak akan pernah sendiri. Bahkan orang sosial seperti ini, dia yang menghadapi kesulitan, teman-temannya yang justeru merasakannya. Sekali lagi, jangan sampai jatuh dengan cara buah kelapa, masalahnya kalau pecah, airnya tidak bisa dipakai untuk es buah pappabuka (pembuka puasa), rugi dong!

Hamdan Juhannis (Rektor UIN alauddin)

Artikel ini telah dibaca 10 kali

badge-check

Tim Kreatif

Baca Lainnya

Hadiri Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2024, Sekda Jufri Rahman Optimistis Ekonomi Sulsel Akan Lebih Baik

1 Desember 2024 - 19:00 WITA

7 Arahan Presiden Prabowo Dalam Puncak Acara HUT Ke-53 Korpri Dihadiri 50 Ribu ASN

1 Desember 2024 - 18:44 WITA

Hadiri Pelepasan Jenazah Raja Gowa XXXVIII, Jufri Rahman Ungkap Andi Kumala Idjo Sosok Penyabar dan Pemaaf

30 November 2024 - 10:44 WITA

HUT Korpri ke-53, Prof Zudan Sampaikan Lima Usulan Strategis ke Presiden Prabowo

30 November 2024 - 10:41 WITA

Akselerasi Pembangunan Listrik Desa Pakeng dan Rajang, PLN gandeng Dinas Lingkungan Hidup

29 November 2024 - 21:34 WITA

Sukseskan Pilkada Serentak 2024, PLN UID Sulselrabar Hadirkan Pasokan Listrik Andal

27 November 2024 - 23:22 WITA

Trending di News