MM, Jakarta — Pengamat politik dari Universitas Paramadina Ahmad Khoirul Umam menilai, ada sejumlah alasan yang membuat paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka tetap memiliki elektabilitas tinggi meski jarang kampanye.
Pertama, dari sisi infrastruktur mesin politik, paslon ini lebih unggul dibandingkan dua paslon lainnya, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Terutama dari sisi pergerakannya yang dinilainya lebih agresif bergerak.
“Secara postur kekuatan juga memang relatif lebih besar,” kata Umam saat dihubungi, Jumat (15/12/2023), hari lalu.
Hal ini, kata dia, tidak terlepas dari jumlah partai politik yang mendukung paslon ini, yang mencapai sembilan parpol. Kesembilannya yaitu Gerindra, Golkar, Partai Amanat Nasional dan Partai Demokrat.
Kemudian, Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Gelora, Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Partai Garuda, dan Partai Rakyat Adil Makmur (Prima)
“(Mereka) punya 45 persen, lalu disusul (pasangan) nomor urut 1 punya 29 persen. Lalu terakhir nomor urut 3 dengan kekuatan mesin partai politik dengan basis kursi di parlemen sekitar 25 persen. Gapnya berarti cukup besar,” tutur Umam.
Umam mengatakan, pasangan Prabowo-Gibran juga di-backup jaringan relawan. Salah satunya, kelompok relawan pendukung Presiden Joko Widodo yang pada Pemilu 2019 lalu turut memenangkan mantan Gubernur DKI Jakarta itu.
“Sehingga kemudian efek dominonya juga lebih besar,” kata Umam.
Faktor kedua adalah efek dari Presiden Joko Widodo (Jokowi). Berkali-kali, Prabowo mengatakan bahwa ia akan melanjutkan program-program Jokowi dan merupakan bagian dari “tim Jokowi”, (**).